Growing Up Plan 2
Kualitas Mencerminkan
Hasil
Selasa, 20 November 2012
“Beri aku 1000 orang tua, niscaya
kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan
dunia” demikian pesan Bung Karno, proklamator RI sekaligus
pahlawan nasional kepada para pemuda. Ini menunjukkan betapa kualitas pemuda
sangatlah bagus dan bermutu. Dibandingkan para orang tua pemuda cenderung lebih
gesit dan lincah dalam bergerak. Ditambah pemikiran yang original dan membangun
mereka dianggap mampu memperbaiki sebuah negeri.
Seperti saat membuat tulisan ini posisi
saya adalah seorang pemuda yang masih berusia dua puluhan tahun. Di luar sana
mereka yang berusia muda seperti ini telah memiliki banyak karya yang luar biasa.
Sejarah pun sudah berbicara untuk membuktikan bahwa pemuda sangat berperan
dalam pencapaian kemerdekaan negeri ini. Semangat mereka berjuang untuk lepas
dari penjajahan mampu menggerakkan seluruh negeri melawan para penjajah.
Merdeka! Itulah yang didapatkan. Kemerdekaan yang mampu melepaskan diri dari
belenggu penjajahan yang menyengsarakan, memiskinkan, dan membodohkan.
Pada usia saya yang masih muda ini saya
kembali bertanya, apa yang sudah saya perbuat untuk orang lain dan negeri ini?
Saat ini saya menjadi seorang pendidik pada Madrasah Ibtidayah di sebuah desa
yang tenang. MI Tarbiyatul Ulum, Jembrak, Kec. Pabelan, Kab, Semarang, Jawa
Tengah. Di sana saya mengabdi dengan berbagai kemampuan yang saya miliki.
Kemampuan dan keterampilan yang saya dapatkan dari perkuliahan dan yang pasti
sebuah organisasi yang mendidik saya menjadi “orang” yaitu Pramuka.
Berbekal itulah mulai saya abdikan diri
di dunia pendidikan sebagai guru wiayata bakti. Jika mengharapkan gaji besar
bukan disinilah tempatnya. Saya belajar menjadi guru yang baik, menarik,
inovatif, dan pandai. Tujuannya agar siswa nyaman ketika belajar dengan saya.
Tanpa ada rasa takut, tertekan, dan tegang namun tetap menghormati guru.
Pembelajaran dengan model tradisional coba saya kikis pada saat pelajaran saya.
Meskipun belum sempurna penguasaan cara
mengajar saya dengan berbagai metode baru selain ceramah, kini anak-anak mulai
tertarik dan nyaman ketika belajar dengan saya. Bahkan semua kelas meminta saya
untuk setiap hari diajar. “Pak, nanti ajar ya!” kata-kata ini sering terdengar
jika anak-anak bertemu dengan saya. Saya sendiri pun kadang merasa kewalahan
menuruti mereka. Karena jujur saja saya belum begitu meguasai cara mengajar
yang baik. Di kelas rendah saya lebih sering kurang bisa menguasai kelas.
Seperti di kelas I misalnya saya lebih sering membiarkan anak belajar dengan
gaya mereka masing-masing dan cenderung ramai. Di kelas II dan III cukup bisa
mengkodisikan meskipun kadang juga ramai.
Belajar dengan metode ini sudah mulai
terlihat hasilnya. Anak-anak secara emosional sudah bisa dekat dengan saya.
Mereka meminta pada hampir semua pelajaran ingin saya yang mengajar. Seperti
pelajaran PJOK, SBK, Bahasa Inggris, dan IPA. Namun saya hanya melaksanakan
tugas sesuai dengan SK Kepala Madrasah yang diberikan pada saya. Saya mau-mau
saja jika diminta untuk mengajar mata pelajaran tadi.
Saya selalu berharap pada suatu saat
nanti saya bisa menjadi guru yang professional namun menarik. Guru yang penuh
dengan prestasi namun tetap rendah hati dan berwibawa. Harapan ini akan
terwujud ketika saya terus belajar dan terus memperbaiki diri dan cara saya
mengajar. Berangkat lebih pagi. Membuat media pembelajaran. Belajar metode
mengajar yang baru. Pulang lebih akhir. Kurang lebih itulah yang baru saya
lakukan.
Lain halnya dengan guru-guru yang hanya
sebatas mengajar tanpa berfkir akan menjadi seperti apa dan bagaimana siswanya.
Berangkat sesuka hati, hanya dengan model ceramah, tanpa media pembelajaran.
Bisa kita lihat sendiri akan seperti apa hasilnya nanti. Masuk jam 07.00 namun
berangkat 07.30 bahkan lebih. Akan seperti apa nanti siswa-siswanya jika
gurunya saja terlambat? Hal seperti ini sudah tidak bisa “digugu dan
ditiru” lagi oleh siswa. Guru kok telatan. Bahkan ada guru yang bolos
karena ada pekerjaan lain yang lebih besar gajinya. Mau jadi bagaimana negeri
ini nantinya jika guru-gurunya saja seperti ini?
Maka perlu perbaikan kualitas guru untuk
menghasilkan siswa-siswa yang benar-benar kompeten dan siap tanding. Seiring
dengan program Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia yakni sertifikasi
guru, diharapkan melahirkan guru yang berkualitas dan professional untuk
kelahiran generasi muda yang cerdas. Bukan siswa yang hanya pandai tawuran saja
tapi siswa yang mampu berprestasi untuk negeri.
Sriyanto
Guru MI Tarbiyatul Ulum

0 komentar:
Posting Komentar